Wednesday 28 January 2009

NU Jangan Terlalu Jauh Berpolitik

Para kiai NU, jangan terlalu tenggelam dalam permainan politik. Sebab, jika NU sudah terseret arus politik, maka umat yang akan menjadi korban. Demikian salah satu butir tausiyah yang disampaikan KH. Agoes Ali Masyhuri, pengasuh Ponpes Bumi Shalawat, Tulangan, Sidoarjo, dalam acara Haul & Harlah NU di alun-alun Jember, kemarin (25/1). Menurutnya, saat ini para kiai NU banyak yang larut dalam permaian politik, sehingga lupa tugas utamanya, yaitu memibimbing umat. “Itulah sebabnya kenapa doa kiai dulu sangat mustajab, dan kiai sekarang tidak. Kareana kiai sekarang sudah terlalu jauh memikirkan dunia,” katanya.


Kendati demikian, Gus Ali sapaan akrabnya— tidak memampik bahwa NU butuh perlindugan politik. Dikatakannya, untuk menjalankan dan mensukseskan berbagai program, NU juga perlu dukungan politik. Namun, tambahnya, jangan kianya yang terjun langsung untuk memperjuangkan politik. “Berikan tugas politik itu kepada kader-kader muda NU yang memang mempunyai kemampuan,” ungkapnya sambil menegaskan bahwa NU sudah mempunyai kapling tugas tersendiri, yaitu dakwah dan pendidikan.


Sementara itu, dalam sambutannya, Bupati Jember, Muhammad Zainal Abidin Djalal menandaskan, pihaknya siap mendukung program-program NU. Apa yang menjadi tujuan NU, katanya, secara tersirat sudah ada dalam salah satu butir Pancasila, sehingga program NU harus didukung. “Makanya saya tegaskan kalau Pemkab tidak mendukung NU, itu salah,” jelasnya.


Bupati Djalal juga menyatakan dirinya adalah bagian dari warga NU. Karena itu, ia berharap agar warga nahdliyyin mengenali dirinya sebagai pemimpin Jember yang kebetulan juga warga nahdliyyin. “Kalau sudah sama-sama tahu dan kenal, ‘kan progam (NU) bisa berjalan,” terangnya.


Acara tersebut dihadiri ribuan orang. Namun terik sinar matahri yang cukup menyengat, nampaknya membuat hadirin menghindar untuk mengambil posisi di tengah alun-alun yang tanpa tenda. Mereka lebih memilih bernaung di bawah tenda yang dipasang ke dua sisi alun-alun. Lebih seratus kiai mengisi panggung utama, dan juga tokoh Parpol. Tapi KH. Khotib Umar dan KH. Muchit Muzadi, tidak hadir karena kesehatan keduanya kurang prima (*).



Sunday 11 January 2009

Kanit Reskrim: Banser Benar-benar Serbaguna

Anggota Banser (Barisan serbaguna) tidak hanya berfungsi sebagai benteng ulama, tapi juga bermanfaat bagi kehidupan sosisal. Buktinya, Banser juga sigap turun lapangan ketika terjadi bencana alam, misalnya. Terkait dengan hanyutnya siswa-siswi yang menjadi korban air terjun Antrokan, Slawu, sejumlah anggota Banser sejak awal memang ikut menyisir sungai, bahu-membahu dengan tim SAR yang lain. Meski sudah empat hari begadang di sungai, namun mereka tak pernah putus asa, sampai akhirnya jasad Hesti ditemukan.


Karena itu, tak heran bila Kanit Reskrim Mapolsek Patrang, Karsito menyatakan berterima kasih kepada anggota Banser yang telah berhasil menemukan jasad Hesti. “Banser benar-benar barisan serbaguna,” kelakar Karsito di sela-sela identifikasi Hesti di RSUD Dr. Subenadi, kemarin (11/12).


Perihal ditemukannya jasad anak pasangan Soeparman dan Ningsih itu, menurut Komandan Banser Jember, Lutfi Alif adalah berawal dari petunjuk Pengasuh Pesantren al-Qodiri, KH. Muzakki Syah. Kata Lutfi, malam hari sebelum jasad Hesti ditemukan, KH. Muzakki melalui H. Misbahussalam memberi tahu dirinya bahwa Hesti ada di antara jembatan jompo dan jembatan pindangan. “Setelah mendapat petunjuk, kami arahkan teman-teman ke sungai sekitar itu. Dan ternyata benar,” ujarnya.


Hilangnya Hesti memang menyita perhatian banyak pihak. Pasalnya, sejak Rabu lalu, tim SAR Kabupten Jember, Basarnas, dan anggota Banser sudah berulangkali menyisir habis semua sungai yang ada persambungan dengan sungai air terjun Antrokan. Lima korban sudah ditemukan, tapi jasad Hesti masih belum juga terendus. “Sejak ada petunjuk dari KH. Muzakki, saya yakin dia ketemu, dan alhamdulillah akhirnya ketemu. Dan kita juga berterimakasih kepada PKB yang telah menyediakan ambulance sapanjang waktu” tukas Lutfi (*).



Jasad Hesti Ditemukan, Ketua Ansor Pimpin Evakuasi


Jasad Hesti Mega Silvia Ningsih, akhirnya ditemukan kemarin pagi sekitar pukul 09.00 WIB (11/12) setelah dinyatakan hilang terhanyut banjir Bandang air terjun Antrokan, Slawu-Jember. Siswi kelas 3 SMP Nuris itu, ditemukan di sungai Bedadung, tepatnya 100 meter utara jembatan pindangan yang hanya berjarak 2 kilometer kearah selatan kota Jember. Sekitar 20 anggota Banser yang sejak pagi buta yang menyisir sungai tersebut, menemukan jasad Hesti tersangkut di ranting bambu yang menjulur ke sungai. Menurut anggota Banser, Buadin, saat ditemukan, jasad cewek kelahiran 25 Desember 1992 itu, menyembul di atas air dengan kepala mendongak. Sedang separuh badan tenggelam di air. Ia mengenakan celana jens warna hitam dan kaos oblong warna gelap. “Kondisinya sangat mengerikan. Wajahnya bengkak. Bahkan rambutnya terkelupas, nyangkut di ranting bambu saat saya tarik badannya. Jari-jemari tangan kirinya juga sudah habis,” ujar Buadin, kemarin.


Setelah dievakuasi ke pinggir sungai, jasad Hesti lalu dimasukkan ke ambulans milik PKB, dan dibawa ke RSUD. Dr. Subandi untuk diidentifikasi. Ketua PC. GP. Ansor, Prof. DR. Babun Suharto dan Komandan Banser Jember, Lutfi Alif, terjun langsung memimpin evakuasi. “Alhamdulillah, proses evakuasi lancar karena juga dibantu masyarakat,” ungkap Babun.


Karena wajahnya sudah sulit dikenali, proses identifikasi Hesti di rumah sakit memakan waktu 2 jam. Walaupun semua keluarga ditadatangkan --kecuali ayah dan ibunya, tapi belum juga bisa dipastikan itu jasad Hesti. Menurut Kanit Reskrim Polsek Patrang, Karsito, identifiksi itu perlu untuk memastikan apakah dia betul jasad Hesti atau korban lain. “Sebab, tak tertutup kemungkinan, ada orang lain juga jadi korban Antrokan,” jelasnya.


Akhirnya, teman korban yang selamat, yakni Siti Vera Varera, didatangkan. Menurut Vera, jasad itu adalah Hesti. “Buktinya, celana dan kaosnya milik saya,” jelasnya. Setelah dikafani, jasad anak pertama dari 2 bersaudara itu, langsung dibawa ke rumah duka di Dusun Gading, Kelurahan Darsono, Kec. Arjasa (*).


Tuesday 30 December 2008

Muqni’ah Pimpin Fatayat Lagi


Dra. Hj. Muqni’ah dipastikan memimpin Fatayat Jember dalam empat tahun kedepan setelah terpilih sebagai ketua dalam Konferensi Cabang Fatayat Jember, Minggu malam (28/12) di aula PCNU Jember. Muqni’ah masih terlalu kuat bagi para pesaingnya, sehingga mantan anggota Tim Seleksi KPUD Jember itu meraih suara absolut saat pemilihan ketua berlangsung.


Kendati demikian, kader Fatayat cukup banyak yang berminat menjadi ketua. Buktinya, dalam tahap pencalonan terdapat 6 nama yang muncul. Mereka adalah Muqni’ah. Falzah U. Zubaidah, Wiwik Masruchah, Ainul Azizah, Linda Dwi Aryanti, Ervina dan Aliatus Samilah. Dua nama yang disebut pertama, masing-masing mendapat 83 dan 14 suara. Sedangkan yang lainnya memperoleh di bawah angka 10. Padahal, tatibnya mensyaratkan, calon ketua minimal harus dapat dukungan 10 suara. Maka, hanya Muqni’ah dan Falzah U. Zubaidah yang memenuhi syarat untuk maju di tahap pemilihan. Di sesi pemilihan ketua, Muqni’ah merebut 93 suara, sementara Falzah U. Zubdaidah dapat 7 suara. Suara lainnya tidak sah atau abstain. Jumlah pemilih adalah 96 orang dari unsur ranting dan 18 orang dari unsur Ancab Fatayat.


Dengan demikian, Muqni’ah untuk kedua kalinya menjadi Ketua Fatayat Jember. “Saya sebenarnya sudah tidak berminat (dicalonkan), tapi apa boleh buat, ini amanah,” ujarnya usai pemilihan.


Ia juga berjanji akan semaksimal mungkin menggerakkan Fatayat, terutama dalam memberdayakan kader-kader wanita NU. “Bagaimanapun, Fatayat itu ‘kan sebuah tahapan pematangan sebelum melangkan ke yang lebih tinggi (Muslimat NU),” pungkasnya (*).


Sunday 28 December 2008

Makan Gaji Haram Tuh…..!

Enam anggota FKB yang yang jelas-jelas membelot ke PKNU, dinilai tidak berhak menerima gaji dari posisinya sebagai anggota legislatif. Sebab, mereka sudah tidak ada kaitan dengan PKB selaku partai yang memberangkatkan mereka. Dengan demikian, maka gaji yang mereka terima selama ini adalah haram hukumnya. “Yang mengatakan ini bukan saya, tapi hasil Bahtsul Masa’il yang digelar ulama Jawa Timur di hotel Utami, akhir November lalu,” ujar Ketua DPC PKB Jember, H. Miftahul Ulum sambil menunjukkan buku kecil hasil Bahtsul Masa’il itu, saat memberi pengarahan kepada para Caleg PKB di kantor DPC PKB Jember, Jl. Kalimantan 23, Jember, kemarin (28/12).


Menurut Ulum, tanpa dimintapun seharusnya mereka sudah meninggalkan kursi dewan, apalagi mereka yang di-PAW itu hampir semuanya ustadz yang tentu sangat paham akan halal-haram. Tapi kenyataannya, mereka masih beralasan macam-macam. “Alasan-alasan itu sebenarnya tidak masuk akal. Wong mereka sudah jelas-jelas nyaleg di PKNU. Sudah membela partai lain,” tuturnya.


Seperti diketahui, enam orang yang di-PAW itu adalah Hawari Hamim, Mustautin, Wahid Zaini, Syamsul Hadi, Nur Sholeh dan Jupriyadi. Mereka menjadi Caleg PKNU, bahkan Jupriyadi menjadi Ketua Tim Pemenangan Pemilu PKNU. Berkas PAW mereka sudah diajukan sejak 3 bulan lalu. Ini adalah PAW tahap dua. Jauh sebelumnya, DPC PKB juga mengajukan PAW terhadap mereka plus Gus Mamak (Ketua DPRD Jember). Tapi kedua-duanya tak direspon. “Kalau yang pertama, alasannya karena mereka berkhianat kepada Gus Dur, tapi sekarang mereka juga nyaleg di partai lain. Sudah begitu, pimpinan dewan, masih tutup telinga,” terang Ulum.


Sementara itu, Ketua Lembaga Bahtsul Masa’il NU Jember, KH. Abdullah Syamsul Arifin menegaskan, pihaknya juga sudah pernah membahas soal status gaji anggota dewan yang membelot ke partai lain. “Hasil Bahtsul Masa’il itu sudah ada, tapi memang belum dipublikasikan karena di Jember masih bergejolak. Nanti pada saatnya kita umumkan,” ujarnya.

Apakah sama dengan yang diputuskan Ulama Jawa Timur itu? “Lihat saja nanti,” (*).

Sunday 14 December 2008

PKB Hasan, Tak Ada Matinya

Tak ada matinya. Semboyan ini bukan meniru promo sebuah produk kartu seluler. Tapi ini memang menjadi komitment DPW PKB Jawa Timur pro Gus Dur. Ya, walaupun sudah dibekukan sehingga tidak diakui oleh KPUD Jawa Timur, namun DPW PKB yang dipimpin dua bupati itu, tetap eksis. “Sekarang kegiatan berjalan sebagaimana biasa. Saya masih sering mimpin rapat di Darmo (Jl. Raya Darmo, Kantor DPW PKB Jawa Timur pro Gus Dur,” ujar Ketua DPW PKB Jawa Timur versi Gus Dur, Hasan Aminuddin di seminar “Pendidikan Politik Dalam Perspektif Aswaja” di aula PCNU Jember, Sabtu pagi (13/12).


Menurut Bupati Probolinggo itu, pihaknya selama ini memang masih “diam” karena menghormati proses Pilgub dan Pemilu Legislatif. Tapi, kedepan DPW PKB Jawa Timur akan lebih pro aktif untuk menggerakkan jaringannya di bawah kendali Gus Dur. “Komunikasi kita jalin terus dengan DPC PKB pro Gus Dur di seluruh Indonesia,” jelas Hasan.


Dalam kesempatan itu, Hasan juga menyinggung soal peran NU dalam konstelasi politik nasional. Dikatakanya, posisi NU yang saat ini menjaga jarak yang sama dengan semua partai politik adalah bagian dari penjabaran Khittah NU. Hal ini merupakan kekuatan sekaligus kelemahan NU dalam melakukan pergerakan. Menjadi kekuatan karena warga NU bisa masuk ke semua kekuatan politik, untuk selanjutnya bermuara kepada satu wadah: NU. Merupakan kelemahan karena NU tidak dapat menyatukan suara warganya ketika, misalnya menghadapi event-event politik. Akibatnya, NU sering kelabakan. Bahkan di tingkat akar rumput kerap terjadi pertikaian yang tak berkesudahan.


Menurut Hasan, apa yang diterapkan NU saat ini sudah betul. Walaupun harus diakui, akibat penerapan Khittah itu, suara warga NU rentan bercerai- berai, dan cenderung merugikan NU, terutama dalam ajang perhelatan politik. Namun ia mengaku tidak setuju Khittah direvisi. “Yang perlu diubah adalah kecenderungan politik warga NU. Yang tidak satu suara, mari satukan ketika menghadapi sebuah event politik,” jelas a’wan PWNU Jawa Timur itu.


Hasan juga mengkritik politikus NU yang berdiri di dua kekuatan politik. Ia menyebutnya sebagai politikus munafiq yang sangat berbahaya bagi masa depan partai. Sebab, ia hanya akan menjadi duri dalam daging. “Bagi saya, orang munafik itu musuh besar. Tapi kalau musuh di luar partai, saya anggap hiburan karena manuvernya kelihatan, dan itu bisa merangsang kita untuk berbenah,” ungkapnya.


Seminar yang digelar oleh PC. GP. Ansor Jember itu dihadiri oleh 150-an kader Ansor, Fatayat dan Muslimat NU. Dalam kesempatan itu, PC. GP. Ansor Jember menyerahkan 2 unit televisi kepada Ancab Ansor yang berprestasi (*).

KPK Harus Turun Tangan Usut Kasus PJU Jember

Ayub: “Sejak Awal FKB Menolak”


Keberanian mantan anggota DPRD Jember, M. Saleh dalam mengungkapkan pesangon Rp. 15.000.000-an bagi anggota dewan yang menyetujui proyek PJU, mendapat apresiasi dari Sekreatis DPC PKB Jember, H. Ayub Junaidi. Menurutnya, pengakuan mantan anggota Partai Demokrat itu merupakan pintu masuk bagi aparat penegak hukum untuk menyelidiki kasus penyuapan dalam proyek bernilai Rp. 85 miliar itu. “Ini moment yang bagus untuk menyingkap dugaan suap dalam proyek itu sekalgus memborgol pelakunya kelak,” ujarnya di Kantor DPC PKB Jember, Jl. Kalimantan No. 23 Jember, kemarin (15/12).


Ayub berharap agar KPK pro aktif untuk menindak lanjuti pengakuan M. Saleh. Dikatakannya, selama ini aroma kongkalikong di balik persetujuan PJU itu sebenarnya sudah terendus, tapi belum ada yang berani buka mulut. Proyek itu, katanya, tidak masuk akal dan terkesan dipaksakan. Sebab, jauh hari sebelumnya pemerintah sudah menghimbau agar masyarakat hemat energi karena keterbatasan PLN dalam menyuplai pasokan daya, tapi ternyata pembahasan proyek jalan terus. Akibatnya, sekarang dari hampir 7000 titik lampu, yang nyala tak sampai separuhnya. “Karena itu, saya minta KPK harus turun tangan. Sekali lagi, harus turun tangan KPK,” pinta Ayub.


Lelaki yang pernah nyantri di Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo itu menceritakan, FKB sejak awal memang menolak menyetujui usulan PJU tersebut. Bahkan, saat pembahasan PJU memasuki tahap pengedokan, anggota FKB pro Gus Dur, melakukan walk out. “Kalau sekarang terjadi apa-apa, dan lampu itu tak bisa hidup semuanya, maka PKB tak punya tanggung jawab apa-apa,” terangnya (*).


Pengelola pkbjember.blogspot.com

Blog ini dibuat oleh DPC PKB Jember.
Ary AR, Kholidi.