Wednesday 29 October 2008

Lukhis Akhirnya Dilantik

Setelah hampir setahun terkatung-katung, akhirnya Lukhis Prihantutik., SH dilantik sebagai anggota DPRD Jember melalui Pergantian Antar Waktu (PAW). Ketua Muslimat Kencong itu menggantikan anggota FKB DPRD Jember, Masykur Majid yang meningal dunia hampir setahun yang lalu. Lukhis adalah Caleg nomor urut 3 di Daerah Pemilihan (dapil) VI, sehingga otomatis menggantikan kursi yang ditinggalkan Masykur Majid yang berada di nomor urut 2 dapil yang sama. “Alhamdulillah, ini (pelantikan ) bisa dilaksanakan,” ujar Lukhis usai pelantikan di aula DPRD Jember, kemarin (29/10).

Lukhis langsung menempati posnya di Komisi C. Ia berjanji akan bekerja dan berjuang semaksimal mungkin untuk menjadi jembatan aspirasi masyarakat Jember. Diakuinya, saat ini fungsi anggota legislatif selaku jembatan aspirasi, mengalami sedikit gangguan. “Karena itu, ini perlu kita pertegas lagi dengan bekerja dan melayani konstituen,” tukasnya.
Dari catatan HARIAN BANGSA, berkas PAW Lukhis sudah diajukan sebanyak tiga kali ke meja pimpinan dewan. Berkas PAW yang pertama diajukan ketika Gus Mamak masih bebas (sekarang divonis 1 tahun), bahkan baru naik haji. Namun, konon, berkas itu hilang. Akhirnya berkas itu diajukan lagi, hinggga 3 kali baru diproses.

Menurut Ketua Pokja PAW DPC PKB Jember, Imam Eko Wahyudi, saat ini berkas PAW KH. Abd. Shomad jalil sudah diajukan ke pimpinan dewan. Calon penggantinya adalah H. Abdul Halim, SH. KH. Abd. Shomad Jalil juga meninggal dunia medio Agusutus 2008. Ia adalah anggota FKB dari dapil VI. “Dan saudara Halim adalah nomor urut di bawah almarhum,” jelas Imam (*).

Hati-hati Dengan Aliran Sesaat

Aliran sesat dewasa ini tumbuh subur, dan itu perlu diwaspadai. Sebab, jika tidak aliran sesat itu akan menggerus aqidah dari hati masyarakat. Namun, menurut petinggi PWNU Jawa Timur, KH. Abdullah Syamsul Arifin, saat ini muncul aliran baru yang juga sangat berbahaya. “Aliran itu saya sebut aliran sesaat,” tukas Gus A’ab –sapaan akrabnya— saat memberikan sambutan dalam acara pelantikan PCNU Kencong periode 2008-2013 di kantor PCNU Kencong, kemarin (28/10).


Aliran sesaat, tandas Gus A’ab, memang tidak membahayakan aqidah tapi rawan terhadap buyarnya kerukunan karena kepentingan sesaat senantiasa menjadi ukurun dalam melangkah. Dikatakannya, banyaknya kiai kultural NU yang terlibat dalam politik praktis, khususnya dalam hal dukung mendukung pasangan Cagub menjadi bukti bahwa NU sedang digerogoti oleh aliran sesaat itu. “Itu harus diwaspadai, karena bisa memecah belah NU,” jelasnya.


Dosen STAIN Jember itu menandaskan, NU harus steril dari aliran sesaat. Karena itu, katanya, belum lama ini PWNU Jawa Timur telah mengeluarkan pernyataan yang isinya menegaskan bahwa secara kelembagaan PWNU Jawa Timur netral dalam menghadapi Pilgub 2008 ini. Kendati demikian, lelaki bertubuh tambun itu mewanti-wanti agar netralitas PWNU Jawa Timur tidak disalah artikan dengan penafsiran bahwa pengurus NU tidak boleh memihak. “Itu keliru. Yang netral adalah lembaganya, karena lembaga itu tidak bisa datang ke TPS-TPS. Tapi kalau personilnya, ya harus memihak, dalam arti memilih satu diantara dua. Tidak bisa memilih kedua-duanya. Yang mana yang akan kita pilih, tentu yang membawa kemashlahatan bagi NU,” urai Gus A’ab.


Selain Gus A’ab, hadir juga dalam pelantikan itu antara lain Sujono (Wakil Sekretaris PWNU Jawa Timur), KH. Muchit Muzadi, KH. Nur Iskandar SQ, Sekretaris PCNU Jember, H. Alfan Jamil dan Ketua DPC PKB Jember, H. Miftahul Ulum.


Dalam struktur PCNU Kencong yang baru, Rais Syuriah dijabat KH. Khoiruzad Maddah, Kiai Aly Rusdi sebagai Katib. Sedangkan HM. Furqon Syu’aibi dan Samsulhadi S.Pd., tercatat sebagai Ketua dan Sekretaris Tanfidziah (*).

Sunday 19 October 2008

Jelang Pilgub Putaran II, Rais Syuriah PCNU Jember Larang Golput

Rais Syuriah PCNU Jember, KH.Mansur Sholeh gamang juga dengan issu golput yang menghantui Pilgub Jawa Timur putaran kedua awal Nopember nanti. Buktinya, ia menghimbau masyarakat agar menggunakan hak politiknya dalam berbagai event Pemilu di segala tingkatannya. Menurutnya, menggunakan hak politik dengan baik adalah berarti ikut membentuk kepemimpinan nasional. Dan adanya kepemimpinan nasional adalah wajib. “Dan kedatangan kita ke TPS-TPS itu berarti ikut membentuk pemerintahan,” ujarnya sesaat sebelum memimpin doa dalam acara Halal Bihalal Keluarga Besar Universitas Islam Jember (UIJ) di aula UIJ, Sabtu lalu (18/10).

Dengan tegas, pengasuh pesantren Al-Falah, Wuluhan itu melarang warga NU untuk golput. Dikatakannya, jika dua atau tiga pilihan sama-sama dinilai jelek, maka tidak boleh lantas golput. Sebab, golput adalah bagian dari keputus-asaan. “Demikian juga dalam Pilgub Jawa Timur nanti, silahkan pilih yang kita suka, asal tidak golput” jelasnya.

Di tempat terpisah, Sekretaris Dewan Syura DPC PKB Jember, KH.Bahrullah Azis memastikan, pihaknya sudah mewanti-wanti agar dalam Pilgub putaran kedua nanti, warga PKB Jember harus mendukung pasangan Karsa. ”Ini komitmen kita bersama untuk total memenangkan Karsa,”ujarnya singkat di kediamannya (*)

Friday 17 October 2008

PKB Ulum Siap Hadirkan Gus Dur

Kuasa Hukum KPUD Jember, Eko Imam Wahyudi menegaskan, pihaknya siap menghadirkan Gus Dur sebagai saksi dalam kasus gugatan perdata yang dilancarkan PKB pimpinan Haris Chudlori dan Udi Suseno. Menurut Imam, kehadiran Gus Dur sangat mungkin bila memang diperlukan dalam persidangan kasus tersebut. “Insyaallah, Kami bisa menghadirkan Gus Dur,” tukas Imam –sapaan akrabnya-- usai sidang Kamis lalu (16/10).

Imam menambahkan, pihaknya akan melayani gugatan Haris dkk. terhadap KPUD Jember sampai ke ujung dunia sekalipun. Wakil Ketua DPC PKB Jember itu menyatakan yakin bahwa apa yang telah ditempuh KPUD Jember sudah sesuai dengan aturan yang berlaku, sehingga segala gugatan Haris dkk. akan mental dengan sendirinya. “Lho, itu (keputuan untuk memloloskan Caleg PKB versi Ulum) diambil melalui rapat pleno. Rapat pleno itu juga dilakukan setelah mereka bertemu KPU Pusat dan DPP PKB versi Muhaimin dan Gus Dur. Masih mau apa laig?,” ungkap Imam.
Dalam sidang Kamis lalu, majelis hakim yang diketuai Eli Suprapto memberi kesempatan kepada kedua belah pihak untuk melakukan media selama 21 hari. Sebagai hakim mediator ditunjuk Totok PS.

Terdahap tawaran Majleis Hakim itu, Imam menandaskan bahwa pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada penggugat untuk meneruskan atau menghentikan perkara itu. “Selaku pihak tergugat, kami tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau mereka mau selesai, oke. Kalau mau lanjut, juga tak masalah,” jelas lelaki asal Jambearum, Gumukmas itu (*).

Gempar Kutuk Kekerasan Satpol PP

Kekerasan yang dilakukan Satpol PP dalam menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) di depan kantor Pemkab Jember kemarin malam (15/10), mendapat sorotan dari berbagai elemen masyarakat. Menurut Ketua LSM Gempar, Ansori, penertiban yang dilakukan Satpol PP tersebut, patut disesali. Sebab, bukan lagi penertiban karena sudah masuk kepada unsur penganiayaan. Buktinya, banyak pedagang yang cedera. “Karenanya, polisi harus turun tangan. Usut oknum Satpol yang melakukan kekerasan itu. Kalau perlu dia harus mundur dari Satpol PP,” komentar Ansori di rumahnya kemarin.

Ia menambahkan, Satpol PP memang punya kewenangan untuk menegakkan Perda terkait larangan PKL liar, tapi bukan berarti dibolehkan untuk melakukan kekerasan kepada PKL. Jika kekerasan itu dilakukan, katanya, bukan tidak mungkin para PKL juga membalas dengan kekerasan pula. “Kalau sudah begitu, nanti siapa yang akan disalahkan, siapa yang harus bertanggung jawab. Kan Satpol PP yang mendahului,” ulasnya.

Anggota Komisi B DPRD Jember, Jufriadi al-Lompad juga menyayangkan tindakan brutal yang dilakukan Satpol PP. Kekerasan, katanya, betapapun dan apapun alasannya tidak bisa dibenarkan. “Kekerasan hanya akan melahirkan kepedihan, bahkan mungkin antipati,” terangnya.

Kendati demikian, Jufriadi memandang bahwa PKL memang harus ditertibkan. Apalagi penataan PKL sudah menjadi komitmen eksekutif dan legislatif. Namun penertibannya harus menggunakan cara-cara persuasif sehingga PKL dengan sendirinya bisa pindah. “Sebalikya PKL juga harus sadar akan dampak yang ditimbulkan dari munculnya PKL disembarang tempat”, ungkapnya.

Sementara itu, Kasi Penyidikan Satpol PP, Andrianto membantah pihaknya melakukan kekerasan terhadap PKL. Dikatannnya, saat 20 anggota Satpol PP melakukan penertiban, terjadilah dorong-mendorong dan tarik-menarik dengan PKL sehingga bisa saja ada yang cedera dari ketegangan itu. “Tapi saya tidak mendapat laporan bahwa ada yang cedera,” cetusnya.

Andiranto menambahkan, pihaknya sudah berkali-kali menghimbau PKL di depan kantor Pemkab Jember agar pindah ke tempat lain. Sebab, sejak awal lokasi PKL di seputar alun-alun sudah disepakati dipindah ke bagian utara alun-alun. “Lho, kalau yang di depan Pemkab masih juga berjejer, lantas apa Pemkab mau buat lokasi lagi, dan nanti datang PKL baru lagi, terus buat lokasi baru lagi. Smapai kapan….,” keluhnya.

Ia menengarai ada oknum PKL yang menjadi provokator sehingga PKL melawan dan tidak mau pindah dari depan kantor Pemkab. “Saya yakin, itu ada yang ngompori, karena mereka rata-rata pedagang baru yang masih coba-coba,” pungkas Andrianto (*).

Wednesday 15 October 2008

Lagi, Massa PKB Pro Haris Tekan KPUD

Menjelang penetapan Daftar Caleg Tetap (DCT), PKB kubu Haris masih belum kehilangan asa. Buktinya, 3 hari lalu, 15 petinggi PKB pro Haris masih mendatangi KPUD Jember untuk “mengklarifikasi” sekaligus menekan KPUD agar berubah haluan. Kemarin (13/10) mereka juga berencana kembali menemui para petinggi KPUD. Karena itu, DPC PKB Pro Ulum kemarin juga menyiagakan pasukannya untuk berjaga-jaga di halaman KPUD Jember guna menyongsong massa PKB pro Haris jika benar datang. Namun yang datang kemarin siang hanya beberapa pengacara PKB pro Haris ke kantor KPUD. Sehingga tak terjadi apa-apa. “Bukan apa-apa, kami hanya menjaga dan ingin mengamankan asset dan keputusan yang telah diambil KPUD Jember. Kami tidak ingin ikut campur dalam urusan ini. Hanya mengamankan,” jelas Satgas PKB Jember, Kholidi.

Seperti diketahui, KPUD Jember akhirnya menetapkan DPC PKB Jember yang berhak ikut Pemilu. Dengan demikian, PKB pro Haris yang sebelumnya juga sudah mengajukan daftar nama Caleg, gugur dengan sendirinya (*).

Tuesday 7 October 2008

Puasa Momentum Membangun Kerukunan

Oleh: KH. Muhyiddin Abdusshomad (Ketua PCNU Jember)


Bagi umat Islam idul fitri merupakan peristiwa spriutal yang tak ternilai harganya. Alangkah bahagia dan gembiranya kita, yang telah sebulan penuh diberi rahmat oleh Allah SWT, sehingga dapat melaksanakan puasa dengan baik dan tuntas. Puncak kebahagiaan itu adalah idul fitri. Itu tidak lain kecuali karena kita semua telah kembali kepada posisi fitrah. Yaitu sebuah fase di mana manusia kembali kepada asal kejadiannya, yaitu suci, laksana bayi yang baru lahir.

Untuk mencapai kesempurnaan idul fitri, marilah kita saling memaafkan atas dosa yang telah kita perbuat. Kita lupakan kealpaan yang terlanjur mengemuka. Kita lenyapkan buruk sangka yang ada. Dan kita singkirkan butir-butir dendam yang menyesakkan dada. Idul fitri bukan hanya peristiwa salat dan salam-salaman, yang gampang hilang begitu matahari tenggelam. Idul fitri baru sempurna kalau dijadikan ajang untuk memperbaiki diri, baik kepada Allah maupun kepada sesama, sehingga momentum hari raya tetap menggaung dalam kehidupan kita sepanjang masa. Satu hal penting yang bisa didapat dari idul fitri, yaitu membangun ukuwah, merajut persaudaraan abadi sebagai tindak lanjut dari salam-salaman dan saling maaf.

Untuk itu, ada beberapa hal yang harus dipenuhi agar ukhuwah yang kita bangun, kerukunan yang kita gapai, dapat berjalan sepanjang masa. Pertama, hindari kita mengejek orang lain. Mengejek, baik dengan sindiran, atau apalagi langsung, sangat dilarang dalam Islam. Sebab, sebuah ejekan menimbulkan efek berantai yang sulit dipadamkan. Orang yang diejek, pasti hatinya terluka, perasaannya teriris. Dan dari situlah kerap timbul bara dendam. Selama luka di hati masih menganga, selama itu pula segala cara dilakukan untuk memuntahkan dendam. Lebih dari itu, tidak menutup kemungkinan orang yang diejek justru lebih baik dibanding yang mengejek di hadapan Allah. Allah telah mewanti-wanti dengan firman-Nya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengejek atau mengolok-olok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka yang diejek lebih baik dari pada yang mengejek...” (al-Hujuraat, 11).

Baik-buruknya pribadi seseorang, yang tahu persis hanyalah Allah. Bisa jadi seseorang yang oleh manusia sudah dicap tidak baik, hina dina dan sebagainya, tapi dalam penilaian Allah justru dia mulya, justru amalnya diterima. Sebaliknya, seseorang yang menurut penglihatan manusia sudah begitu hebat karena kaya dan bertitel misalnya, namun menurut Allah boleh jadi dia tidak bermartabat. Karena itu, Allah melarang kita mengejek sesama. Islam senantiasa mengajarkan agar kita selalu mengoreksi diri, mengaca diri agar proses perbaikan diri tidak stagnan.

Poit kedua yang harus diperhatikn agar bangunan ukhuwah tetap kokoh adalah menebar kasih sayang. Islam sangat menganjurkan agar kelemah-lembutan dan kasih sayang selalu ditebarkan dalam setiap pergaulan. Bahkan Nabi Muhammad SAW bersabda: “Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak sayang kepada yang lebih muda dari kami dan orang yang tidak hormat kepada yang lebih tua dari kami”.

Ada dua kalimat yang patut menjadi perhatian dari hadits diatas. Pertama adalah yarham atau kasih sayang, dan kedua adalah yuwaqqir atau hormat. Secara redaksional, hadits itu menempatkan kata yarham sebelum yuwaqqir. Ini menunjukkan bahwa yang lebih tua harus lebih dulu memberi contoh kepada yang muda dengan berlaku lembut, kasih sayang, dan sebagainya. Ketika yang muda melakukan kesalahan, maka bimbinglah. Bukan divonis. Ketika yang muda sudah berlaku baik, apalagi berpretasi, maka tak ada salahnya yang lebih tua memberikan apreasiasi secara proporsional. Begitu pula sebaliknya, yang muda harus menghormati yang lebih tua.

Kasih sayang dan rasa hormat adalah dua hal yang saling terkait. Kasih sayang yang ditunjukkan senior, otomais akan melahirkan rasa respek bagi si yunior. Dari kasih dan hormat itulah, kerukunan dan kedamaian akan tercipta.

Terus terang kita patut prihatin bahwa dewasa ini kasih sayang dan rasa hormat seolah sudah jadi barang langka. Kita hampir tiap hari disuguhi tontotan layar gelas yang menggambarkan perlakuan kasar seorang bapak kepada anaknya, bahkan ada yang sampai hati membunuh darah dagingnya sendiri. Dan tak jarang pula, anak mendurhakai orang tuanya, malah berani menggorok leher ayahnya. Subhanalloh, miniatur peradaban kuno kini marak terjadi.

Di luar lingkup keluarga, kekerasan juga masih menjadi tontotan harian. Hanya karena persoalan sepele, karena berbeda keyakinan dan organisasi, orang sampai hati menganiaya orang lain yang nota bene sesama muslim. Di lingkup politik, juga tak kalah hebatnya. Keinginan untuk merebut kekuasaan, kerap kali mengorbankan kerukunan, bahkan hubungan kekerabatan yang telah lama berurat-berakar, tiba-tiba harus terputus. Rasa hormat dan kasih sayang dikubur dalam-dalam demi sebuah ambisi politik. Astaghfirullah.

Point ketiga yang harus kita perhatikan adalah kepedulian sosial. Pelaksanaan puasa tidak hanya sekedar terkait dengan fungsi penghambaan manusia terhadap Allah, tapi juga bertautan dengan sisi kemanusiaan. Puasa melatih sensitifitas sosial kita dalam mengarungi kehidupan. Sehingga ketika ramadhan berakhir, seharusnya feeling sosial kita tambah tajam untuk mengendus penderitaan masyarakat yang tersembunyi di balik gubug, di kolong jembatan dan bahkan di antara gedung-gedung pencakar langit.

Pernahkah kita berpikir bahwa di tengah kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah ini, di saat kita semua yang berbahagia ini, masih banyak keluarga yang nasibnya Senin-kamis. Masih banyak orang yang kesulitan untuk sekedar mencari sesuap nasi. Salah satu indikasinya, tiap hari kita menjumpai pengemis, gelandangan dan peminta-minta. Kalau nurani kita tajam, tentu terenyuh menyaksikan anak-anak yang masih belia itu sudah menengadahkan tangan di jalan. Mereka jelas butuh kepedulian sekaligus uluran tangan kita. Di situlah wujud nyata dari penggemblengan diri selama ramadlan.

Nabi Muhammad SAW mencap orang yang hanya mementingkan diri sendiri sebagai orang yang tidak beriman, seperti sabdanya: “Tidaklah beriman orang yang kenyang, sementara tetangganya kelaparan”.

Hadist tersebut menunjukkan bahwa begitu pentingnya kita memperhatikan tetangga, sampai-sampai Nabi menghubungkan kepedulian dengan keimanan. Karena itu, orang yang hanya mau kenyang sendiri, padahal di kanan-kirinya masih banyak orang yang kelaparan, maka kwalitas keimanannya perlu dipertanyakan.

Tiga hal di atas, yaitu menghindari mengejek, membudayakan kasih sayang dan memelihara kepekaan sosial adalah merupakan kunci penting bagi terciptanya ukhuwah dan kerukunan abadi. Kerukunan adalah modal utama menuju kehidupan yang damai, aman dan tentram. Inilah sebenarnya yang menjadi tujuan manusia dalam mengarungi bahtera kehidupan, baik di dunia, lebih-lebih di akhirat kelak.

Sebagai manusia, tentu kita tak luput dari dosa dan khilaf. Tak ada doa besar jika terus menerus dimintakan ampun. Tak ada dosa kecil bila senantiasa ditimbun. Sekali lagi, marilah kita buka pintu maaf lebar-lebar. Dari kata maaf itulah, kita bisa membangun kerukunan. Ya, sebuah awal merajut kedamaian yang sesungguhnya.


Dasarikan dari Khotbah Idul Fitri 1429 H yang disampaikan KH. Muhyiddin Abdusshomad di Malang Hari Rabu 1 Okober 2008

Pengelola pkbjember.blogspot.com

Blog ini dibuat oleh DPC PKB Jember.
Ary AR, Kholidi.