Friday 19 September 2008

Ulum dkk. Hanya Mereaksi Konflik, Bukan Pencipta Konflik

Oleh: Ary Abdul Razaq*



Tulisan ini dibuat untuk memberi tanggapan terhadap suara Radar yang dimuat dalam “Selamat Pagi” edisi Kamis, 18 September 2008 dengan judul “Kapan Konflik PKB Berakhir?”. Bukan berapologi, tapi sekedar memberikan pencerahan bagi warga Jember, khususnya warga nahdliyyin yang menjadi basis utama PKB. Sebab, tulisan itu sangat tendensius dan subyektif. Bahkan sampai berani memvonis: “Waga NU Mulai Tak Peduli PKB”. Selain subyektif, kalimat tersebut cenderung menggiring opini publik untuk mencitrakan PKB negatif, meski kemarin (Jum’at) Radar terkesan “meralat” itu. Pertanyaannya, warga NU mana yang tak peduli PKB? Kalau pertanyaan itu diajukan kepada warga NU yang menjadi akfivis PDIP, Golkar atau bahkan PAN, misalnya, jelas yang akan keluar adalah jawaban seperti itu. Dan itu bukan hal baru, karena sejak dulu warga NU sudah ada di mana-mana. Tapi dari fakta sejarah, mayoritas warga NU masih memilih PKB sebagai saluran politiknya. Karenanya, menggeneralisasi warga NU tak peduli PKB adalah salah.


Memang untuk mendapat gambaran yang jelas tentang kondisi PKB sekarang, --khususnya di Jember-- tidak cukup hanya memotret apa terjadi saat ini. Namun harus menoleh ke belakang untuk mencari asbabun nuzul yang melahirkan konflik PKB. Tapi tentu tak mungkin itu dipaparkan di sini.


Namun satu hal yang perlu dipahami, bahwa DPC PKB Jember di bawah kepemimpinan duet Ulum-Ayub tidak pernah menginginkan terjadinya konflik. Konflik, betapapun dikelola, mesti berujung dengan sebuah kepedihan, khususnya bagi pihak yang kalah. Konflik, betapapun disiasati, tetap membutuhkan energi yang besar untuk bahan bertarung saat konflik berlangsung. Sudah berkorban waktu, masih berkorban uang. Penat. Karena itu, konflik bagi Ulum dkk. sudah menjadi masa lalu, yang mestinya tidak muncul lagi di masa-masa mendatang. Dan itu diyakini juga menjadi harapan warga nahdliyin dan dambaan kita semua. Sebab, ketika konflik terjadi, maka kerugian tidak hanya mendera kedua kubu yang tengah saling cakar, tapi sangat potensial menimbulkan instabilitas bagi daerah dimana PKB berseteru. Pasalnya, ketika PKB berseteru, mau tidak mau tentu melibatkan warga nahdliyyin yang di Jember merupakan mayoritas.


Sebenarnya sejak MA memutuskan menolak DPP PKB hasil Muktamar Parung dan Ancol, Ulum dkk. langsung menyatakan setia kepada DPP PKB hasil Muktamar Semarang. Memang, putusan MA itu menimbulkan multi tafsir lantaran tidak tegas-tegas menyatakan kembali ke DPP PKB hasil Muktamar II di Semarang. Pertanyannya, kalau DPP PKB hasil Muktamar Parung dan Ancol, sama-sama ditolak, lantas kemana formasi kepengurusan DPP PKB akan kembali. Tentu saja logika hukumnya adalah kembali ke Muktamar sebelumnya, yakni hasil Muktamar Semarang. Sebab, tidak mungkin parpol sebesar PKB tidak punya kepengurusan. Kalau Muktamar Semarang, maka isinya adalah KH. Abdurachman Wahid dan H. Muhyiddin Arubusman (Ketua dan Sekretaris Dewan Syura), H. Muhaimin Iskandar dan Ir. Lukman Edy (Ketua Umum dan Sekjen DPP PKB).


Sampai di situ, sebenarnya semuanya sudah beres. Tidak ada masalah. DPC PKB Jeber ingin hidup tenang di rumah sendiri. Tapi ketika niat Ulum dkk. untuk hidup damai dan tenang, direcoki orang lain, maka mau tidak mau Ulum dkk. harus bergerak. Apa yang Ulum dkk. lakukan selama ini hanya sekedar reaksi dari aksi yang telah dilakukan PKB pimpinan Haris. Tidak lebih, tidak kurang.


Ulum dkk. tidak bisa menghalang-halangi orang untuk terjun ke dunia politik. Siapapun –apalagi warga NU-- punya kebebasan untuk mengaktualisasikan hak politiknya lewat parpol yang berbasis NU, termasuk PKB. Tapi jangan sampai kebebasan itu merampas hak orang lain yang telah lebih dulu berjuang, peras keringat dan banting tulang untuk membesarkan PKB. Sikap yang demikian itu, jelas tidak etis, apalagi hanya bermodalkan selembar SK. Tanpa pernah setetespun mengeluarkan keringat untuk membesarkan PKB, tiba-tiba nyaleg lewat PKB, yang itu bila diteruskan pasti menggusur Caleg PKB yang sudah ada.


Ulum dkk. cukup membuka diri bagi siapapun untuk bergabung membesarkan PKB. Karerna itu, berkali-kali Ulum dkk. menyerukan Haris dkk. agar duduk bersama bila memang berniat ingin membesarkan PKB. Apalagi mereka juga mengklaim diri sebagai warga NU dan pendukung PKB. Tapi seruan itu hanya berlalu tertelan waktu.


*Penulis adalah Humas DPC PKB Jember

No comments:

Pengelola pkbjember.blogspot.com

Blog ini dibuat oleh DPC PKB Jember.
Ary AR, Kholidi.